Tuesday, January 5, 2016

2015: Mimpi dalam Mimpi, Kamu Memang sebuah Ketidakmungkinan


Selamat tahun baru untuk semuanya!
Tutup tahun 2015 dengan penuh syukur, dan tatap 2016 dengan semangat menjadi lebih baik!

Sejak SMA, membaca ulang buku harian di akhir tahun menjadi ritual wajib untukku. Sama seperti tahun ini. Tapi sayang, banyak ‘tapi’-nya. Tapi yang pertama adalah aku membaca buku harianku bukan di malam pergantian tahun seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi yang kedua, hanya sedikit tulisanku di sana untuk tahun 2015-ku.
Kemarin, ada sebuah cerita yang aku tulis di buku harianku, dan membuatku cukup...... *baca aja kisahnya, mungkin kamu akan tahu maksudku.

Satu malam di bulan April 2015,
Aku menemukan sebuah buku milikmu ada di kamar kosku. Aku pikir kamu baru saja berada di sini. Lalu aku buka smartphone untuk melihat whatsapp. Kamu ganti profil picture, berhubungan dengan buku yang tertinggal. Buku itu tentang bahasa Indonesia. Nah, bahkan status whatsapp kamu mengandung sajaseong-eo (semacam peribahasa Korea dengan 4 karakter Hanja). Sayangnya, aku lupa apa tulisannya. Lalu aku mau menghubungi kamu, tapi aku terbangun dari mimpi!
Benar-benar mimpi yang terasa nyata!
Namun, anehnya setelah terbangun aku menemukan sebuah buku. Persis seperti dalam mimpi tadi. Mulailah aku ragu kalau sekarang adalah nyata. Lalu yang aku lakukan adalah menunggu. Jika benar nyata, harusnya  kamulah pihak yang akan menghubungiku. Kan kamu yang meninggalkan buku di kosku. Sembari menunggu aku baca buku itu. Ternyata bukunya sangat menarik. Di saat aku sedang asik menunggu sambil membaca, tiba-tiba aku terbangun. Sial!
Benar-benar mimpi yang terasa nyata!
Dan aku terbangun dengan penuh tidak percaya diri! Kejadian yang sama terulang lagi. Ada sebuah buku tergeletak di samping kasurku. Buku yang kamu tinggalkan. Kali ini, aku bersikeras bahwa sekarang adalah nyata. Bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, bahwa segala hal mungkin terjadi. Semakin lama, aku mulai lelah untuk meyakinkan bahwa ini nyata. Aku mulai menyadari bahwa saat ini, aku masih berada dalam dunia mimpiku. Aku terus memanggil-manggil namaku sendiri untuk membangunkanku.
Akhirnya, aku benar-benar terbangun. Mataku basah.
Aku tersadar, bahwa salah satu dari ‘mungkin’ itu adalah ketidakmungkinan. Ketidakmungkinanku adalah kamu.

Meskipun yang aku alami di atas hanya mimpi, aku merasakan lelah yang luar biasa. Untuk pertama kali itu juga aku bermimpi semacam itu. 

No comments:

Post a Comment

Name
comment